Tuesday, May 24, 2011

Ditraktir dan Mentraktir

Di suatu sore ketika saya sedang serius ngeblog, tiba-tiba tetangga sebelah kamar kost  alias helda datang masuk kamar saya dengan wajah sumringah yang mencurigakan…

Dia : Mbak, udah makan malem?
Saya : Belum..
Dia : Mbak, makan PH yuk? (sambil mesam-mesem)
Saya : …… mmm….
Dia : Kenapa, lagi ga punya uang ya? (sudah mulai tercium maksud kedatangannya)
Saya : hehehe (tau aja nih anak)
Dia : Gak papa, aku yang traktir (tuh kan ketebak, nih anak aneh… padahal saya ga minta lho!)
Saya : Ga usah ah hel ngerepotin… (beneran ini, saya ga cuma pura-pura)
Dia : Iya gak papa, aku lagi pengen nraktir mbak aja.. (hahaha, jadi enak)
Saya : Beneran ga usah…
Dia : Iya.. aku lagi pengen makan yang enak-enak.. pengen berbagi rejeki sama orang yang paling deket (kamarnya maksudnya), biar pahala gitu ngasi makan orang (beuh, berasa fakir miskin saya, wkwkwk)
Saya : Tapi kan ga harus yang mahal hel? (pake nawar)
Dia : Biasa aja kok mbak.. mbak pengen apa? PH, hokben, bees, solaria, mie ceker, ramen, WS, pastelo?? (gini nih kalo orang banyak duit)
Saya : Halah, terserah aja deh, di angkringan juga gpp kok manut…
Dia : Jangan mbak, pengennya aku makan yang agak spesial ……………………………………………….dst

Kurang lebih begitulah pembicaraan kami sore itu. Sebenarnya masih sangat panjaaaaaaang…. karena kami saling kebingungan untuk memutuskan akan makan dimana saat itu. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami mengeliminasi beberapa tempat makan dan menyisakan dua pilihan yaitu Solaria di Ambarukmo Plaza dan Bee’s di Galeria Mall. Hmmm, dua pilihan yang sulit bagi kami.

Atas ide aneh helda kami akhirnya melakukan suit (wkwkwkwk, entah apalah namanya, pokoknya sejenis permainan anak-anak dengan aturan kita menunjukkan beberapa jari kita untuk dihitung). Bagaikan menghitung kancing, akhirnya kami menghitung jari-jari kita (amplaz-gale-amplaz-gale… dst, kira-kira begitulah bunyinya, hehe) dan akhirnya pilihan tertuju pada Ambarukmo Plaza…. Yeayy, akhirnya!


Setelah sholat maghrib berjamaah kami langsung siap-siap nge-mall, wkwkwkwk kontras sekali. Sesampainya di amplaz, kami window shopping dulu ke centro, strawbery, lasona, graphis, dsb. Meskipun tidak ada maksud membeli, setidaknya dengan cuci mata, mata ini bisa jadi lumayan segar lho, hehe. Kemudian karena takut kemalaman dan perut sudah mulai lapar, kami langsung bergegas deh menuju tempat tujuan utama yaitu Solaria..... dan… makanan sudah siaaapppp…..

before

bersihhh... :D

Seneng juga sih bisa makan makanan enak tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Maklum, sebagai mahasiswa ber-uang saku pas-pasan :p, saya jarang mau mengeluarkan uang lebih untuk sekedar membeli makanan. Alasannya sih karena saya biasa saja dengan wisata kuliner alias urusan perut dan tentunya karena ingin berhemat. Biasanya pengeluaran bulanan saya lebih banyak dialokasikan untuk kebutuhan….. wanita… :p seperti membeli baju, sepatu atau kosmetik, hehehe sama aja boros kalo kaya gini :D. Jadi ya, kalo tiba-tiba ada yang nraktir saya ga nolak asal tidak ada paksaan dari salah satu fihak :D. Kurang baik juga lho kalo nolak rejeki, hehehe

Ngomong-ngomong masalah traktir mentraktir, dulu saya sempat memandang negatif perkara ini. Saya beranggapan orang yang mentraktir itu terlalu berfoya-foya, hanya menghambur-hamburkan uang orangtua hanya demi gengsi, ingin diakui oleh teman-teman dan sebagainya. Sebaliknya, saya kurang suka dengan orang yang sedikit-sedikit minta ditraktir dan sering memanfaatkan momen traktiran hanya untuk keuntungannya tanpa pernah melakukan sebaliknya :D.

Jadi ya, saya lebih memilih memberi hadiah berupa barang atau makanan ke teman-teman daripada mentraktir karena bagi saya-tadinya hal tersebut terkesan negatif. Sebagai orang yang ditraktirpun sebisa mungkin saya berusaha untuk tidak merepotkan si empunya acara. Hampir tidak pernah juga saya minta ditraktir oleh teman meskipun hanya bercanda, karena sedikit gengsi dan malu jika harus terkesan ‘minta-minta’.

Kalo disuruh memilih ditraktir atau mentraktir kebanyakan dari kita pasti memilih ditraktir. Jawabannya serupa, pasti karena pilihan tersebut lebih menguntungkan. Tapi terkadang saya berfikir ada kepuasan tersendiri sepertinya bagi orang yang mentraktir ketika melihat wajah teman-temannya bahagia membersamainya dalam suatu acara makan. Saya jadi mikir, mentraktir sepertinya tak sepenuhnya bernilai negatif kok karena toh dilakukan dengan niat menyenangkan hati orang lain dan bershodaqoh. Tapi jadi lain cerita kalo kita memaksakan diri untuk mentraktir teman padahal uang untuk kebutuhan hidup saja sudah mepet. Apalagi jika satu-satunya niat mentraktir adalah agar dipandang sebagai orang kaya, gaul dan friendly…. Hmmm… rugi lah ya!

Jika berniat untuk mentraktir teman, mungkin baiknya sih diniati dengan benar yaitu berbagi kebahagiaan dengan teman, bershodaqoh dsb. Mentraktir juga bukanlah kewajiban, jadi tidak usah dipaksakan jika tidak mampu. Dan yang paling penting mentraktir tak selalu harus mahal kok karena kebahagiaan teman-teman bukan dari harga makanannya tapi lebih pada kebersamaannya dengan kita.

Billyboen said…
“Harga makanan yang saya bayar, murah banget dibandingkan waktu yang dia (teman) berikan untuk mau makan sama saya”

0 comments: